Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Tren Gig Economy di Indonesia

Apa itu gig economy? Bagaimana cara menghadapi gig economy saat ini? GE adalah istilah baru yang merujuk pada fenomena generasi milenial yang suka "working without job" yang memiliki pengertian sebagai "bekerja tanpa pekerjaan". Artinya para anak muda zaman now cenderung menyukai bekerja di luar ruangan tanpa adanya keterikatan dengan jam pekerjaan serta rutinitas perkantoran yang melelahkan. Apakah ini keuntungan atau justru merugikan perekonomian?

Buat kamu yang ingin mencari makalah atau jurnal tentang gig economy, mungkin ulasan kali ini bisa menjadi referensi. Ketika zaman dahulu, para lulusan muda selalu berbondong bondong mencari pekerjaan khas kantoran, bekerja di perusahaan ternama dengan gaji tetap dan masuk kantor setiap harinya. Kemudian di zaman sekarang, fenomena itu agaknya meluntur.

Pada fresh graduate sekarang lebih memilih bekerja secara freelance, dengan waktu yang fleksibel, akan tetapi dengan hasil yang relatif lebih produktif. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Karena perubahan pola pikir dan pengaruh perkembangan informasi tentunya.

Sebelumnya pernah mendengar istilah gig ekonomi? Istilah ini lebih menerangkan tentang fenomena pekerjaan paruh waktu atau freelance job yang menjadi trending akhir akhir ini. Perusahaan cenderung lebih mempekerjakan tenaga kerja mereka secara independen untuk jangka waktu yang pendek ketimbang menjadikannya karyawan tetap dengan rutinitas yang membosankan.

Fleksibilitas waktu dan efisiensi pekerjaan menjadi faktor utama pertumbuhan tren dan fenomena ini. Para pekerja yang gonta-ganti pekerjaan selama masa produktif juga diyakini sebagai awal dari berlangsungnya Gig Economy di masyarakat kita.

Baca DULU : Ide Usaha daerah Pegunungan


Dampak gig economy


contoh gig economy

Fenomena ini bisa saja menguntungkan dan bisa saja merugikan bagi perusahaan. Hal ini sangat bergantung pada persiapan perusahaan dalam mencari tenaga profesional yang mereka butuhkan.

Beberapa dampak negatif dari fenomena gig economy ini adalah terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan UU Ketenagakerjaan. Pemerintah dan DPR dalam hal mengeluarkan regulasi terkadang dinilai telat dan tidak proaktif dalam perubahan yang terjadi dalam fenomena ini.

Efek negatif lain adalah resiko kebocoran rahasia dan data penting perusahaan. Seperti pencurian fisik secara langsung atau dalam bentuk cyber crime. Kebocoran informasi sekecil apapun dampaknya bisa berujung pada kerugian. Oleh karena itu kesiapan dan manajemen data perusahan yang matang akan sangat diperlukan oleh perusahaan dalam menghadapi gig economy.


Pilih bekerja kantoran atau freelance


Pertanyaan ini sering ditanyakan kepada mimin yang saat itu baru saja lulus kuliah. Secara sederhanya, kamu bisa menentukan bekerja kepada orang lain atau bekerja merintis usaha sendiri sesuai dengan passion yang kamu punya.

Tanyakan kepada dirimu, apakah kamu lebih menyukai Bekerja yang Fleksibel, dengan jam kerja yang berubah, juga lokasi bekerja yang bisa nomaden alias tidak menetap dari satu co-working space ke cafe bahkan di rumah. Namun penghasilannya tak perlu diragukan. Sekali project, penghasilannya bisa mengalahkan generasi Baby Boomers yang bekerja tetap di satu perusahaan.

Atau justru kamu lebih menyukai bekerja dengan gaya lama, ala kantoran dengan rutinitas bekerja setiap hari, berangkat pagi pulang sore dan mendapatkan gaji tetap dengan sesekali tambahan insentif sesuai dengan kinerja mu. Itu semua harus kamu pikirkan matang-matang bahkan jauh sebelum kamu lulus kuliah.


Tips Menghadapi Gig Economy


Apa yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi gig economy ini? kamu bisa mempersiapkan beberapa hal seperti :

1. Persiapkan dan perbaharui portofolio terbaik mu. Mereka yang memiliki pengalaman dan portofolio yang menarik, akan lebih cepat diterima dalam pekerjaan freelance.

2. Menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan merintis bisnis atau berwirausaha. Karena hal ini masih banyak pemuda yang enggan membuka bisnis sendiri dan maunya hanya bekerja dengan orang lain. Selain bisa membuka lapangan pekerjaan, kamu juga bisa mengambil pembelajaran dari kegiatan bisnismu sendiri.

3. Mempelajari berbagai bahasa asing, karena bahasa adalah gerbang menuju pergaulan dunia internasional. Dengan menguasai berbagai bahasa internasional, maka dipastikan kamu akan mudah bersaing di kancah global

4. Mengembangkan dan memperluas jaringan pertemanan. Hal ini sangat penting agar kamu memiliki sumber informasi dan partner bisnis yang luas. Peribahasa yang mengatakan teman adalah aset, memang benar adanya.

5. Meningkatkan hardskill dan softskill milikmu. Kamu bisa meningkatkan hardskill maupun softskill secara mandiri dengan berbagai metode seperti mengikuti seminar, membaca buku, ikut konferensi, dan kursus online seperti dengan menggunakan aplikasi dan platform yang tersedia.

6. Tidak takut mencoba hal baru. Tentu saja dengan mencoba hal hal baru dalam hidupmu, kamu akan mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pembelajaran yang penting dan nantinya akan berpengaruh pada karier mu ke depannya.

Baca juga : Wajib Coba Bisnis Sampingan Dosen di Kampus


Kata Penutup


Pada akhirnya gig economy akan tetap berlangsung sampai beberapa waktu yang akan datang. Fenomena ini harus bisa kamu manfaatkan sebagai peluang untuk lebih mengembangkan diri dan meningkatkan income-mu.

Jangan khawatir, karena apabila kalian tetap konsisten membangun kelima hal diatas, dijamin kamu akan lebih sukses dan menjadi pemenang dalam ajang kompetisi pekerjaan freelance ini. Demikian artikel mengenai Tips Menghadapi Gig Economy untuk Anak Muda Milenial di Indonesia kali ini, semoga bermanfaat!
Reza Harahap
Reza Harahap Reza Harahap adalah owner kosngosan. Suka belajar bisnis, finansial, ekonomi, pendidikan dan pekerjaan. Sembari membagikan ide usaha untuk entrepreneur. Blog ini berisi rencana bisnis, strategi investasi, persiapan keuangan dan lainnya