Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Contoh Pelanggaran HAM di Lingkungan Sekolah

Apa itu HAM? HAM merupakan singkatan dari Hak Asasi Manusia. Dalam definisi ini, asasi berarti hak tersebut tertanam dalam jati diri sebagai manusia. Bukan negara atau pemerintah yang memberikannya, bukan juga manusia yang menciptakannya. Hak tersebut ada, karena adanya manusia, sebagai suatu entitas yang harus dihormati kehidupannya. Sebagai salah satu materi yang paling penting untuk dipelajari, HAM sudah diperkenalkan sekolah menengah, salah satu kurikulum pendidikan di Indonesia. Bahkan dalam Undang Undang Dasar saja HAM memiliki bab khusus yang membahasnya secara terperinci.

Konsep ini hadir untuk melindungi manusia dari segala kesengsaraan dan penderitaan. HAM tidak bisa dikaitkan dengan kematian atau penderitaan karena bencana alam, seperti yang menghantam hidup manusia dengan dengan tsunami atau gempa bumi.

Akan tetapi yang lebih sering terjadi adalah, manusia yang satu mengakibatkan penderitaan bagi manusia lainnya. Apabila dia kuat, maka dia merasa boleh untuk menyiksa dan menindas yang lemah, demi mencapai kepentingannya sendiri.

HAM memiliki peranan yang sangat penting. Dia melindungi kalangan lemah dari penindasan pihak yang kuat. Dapat mencegah peradaban jatuh ke dalam hukum rimba, di mana yang kuat memperoleh segalanya, dan yang lemah hancur tidak berdaya. HAM menjadi dasar dari beragam hukum dan aturan, agar hidup manusia jauh dari kerugian akibat ulah manusia lainnya.


Ciri Ciri Hak Asasi Manusia secara Umum

pengertian ham

HAM mempunyai 3 ciri yang tidak bisa diabaikan yaitu sebagai berikut :

Pertama, HAM bersifat universal. Artinya, berlaku untuk semua manusia, selama ia bernapas dan menjalani kehidupan di atas muka bumi ini, tanpa kecuali.

Kedua, HAM tidak bisa dibelah-belah. Artinya, hak ekonomi tidak bisa dipisahkan dari hak politic. Begitu pula hak budaya tidak bisa dilepaskan dari hak ekonomi.

Ketiga, terjalin erat membentuk satu kesatuan prinsip yang tugasnya hanya satu: melindungi manusia dari ketakutan dan nestapa.  HAM selalu bersifat sosial.

Dasar utama HAM adalah rasa solidaritas antar manusia yang melintasi batas-batas budaya, agama, ataupun negara. Solidaritas tersebut lalu terwujud di dalam rasa tanggung jawab untuk membantu. Rasa tanggung jawab ini lahir dari kesadaran dasar, bahwa kita, sebagai manusia, adalah mahluk yang begitu rapuh diterpa bencana, baik bencana alam, maupun bencana yang dibuat oleh manusia lain. Maka, kita harus saling melindungi satu sama lain.

Baca juga : Jenis Kejahatan Kriminalitas Sekitar Kita dan Cara Mengatasinya

Contoh Permasalahan HAM di Lingkungan Sekolah



Sebagai sebuah prinsip dengan tujuan yang luhur, HAM tentu mengalami banyak tantangan. Katakan saja, HAM mempunyai musuh-musuhnya sendiri. Setidaknya ada lima permasalahan ham yang utama apabila kita tinjau dari lingkungan atau ruang lingkup sekolah, diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Permasalahan Kesenjangan antar Sekolah

Adalah jurang yang amat besar antara harapan dan kenyataan di lapangan. Di beberapa negara berkembang, jurang ini amatlah besar. Misal bila dibandingkan dengan negara seperti Amerika Serikat sendiri yang sudah relatif sejajar kesenjangan fasilitas antar sekolahnya.

Di negara Indonesia sendiri, hampir dalam semua aspek, kita dinilai gagal menjadikan HAM sebagai arah perbaikan, karena korupsi yang mengakar begitu dalam, dan kesalahan tata kelola yang luar biasa parah di sektor pendidikan kita

Walaupun HAM sudah menjadi deklarasi internasional di pertengahan abad 20, politic Apartheid di Afrika Selatan pada waktu itu masih bersikap rasis dan diskriminatif terhadap orang-orang berkulit hitam di sana, sedangkan di Indonesia juga masih ada sekolah marjinal yang punya murid terhitung jari dengan fasilitas yang tidak memadai.


2. Permasalahan Bullying Murid

Adalah dilema yang sudah selalu terkandung di dalam penegakkan HAM. Pertanyaan yang menggantung disini adalah, bolehkah, misalnya, pihak sekolah menghukum berat murid pelaku bullying?

Jika pihak sekolah menyiksa siswanya dengan hukuman skors atau penghentian sekolah. Dilema pun tidak hilang, tanpa intervensi pihak sekolah yang tegas, konflik sering menjalar panjang, dan memakan lebih banyak korban. Kasus bullying antar saudara di siswa sekolah ini yang terjadi sekarang adalah contoh nyata dari dilema semacam ini.


3. Permasalahan Komersialisasi Pendidikan di Sekolah

Yaitu ideologi pan-ekonomi yang kini menyebar begitu luas dan mengakar begitu dalam di dalam jati diri manusia modern awal abad 21. Di dalam ideologi ini, keuntungan ekonomi menjadi tolok ukur dari seluruh bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan.

Jati diri manusia yang beragam sebagai mahluk sosial, mahluk seni, dan mahluk hati nurani disempitkan semata pada jati dirinya sebagai mahluk pencari keuntungan ekonomi. Bahasa Indonesia punya istilah khas untuk ini, yakni mata duitan.

Lahirlah manusia yang sangat egois. Dia bekerja untuk mengeruk harta dan kenikmatan bagi dirinya sendiri. Dia menolak untuk berbagi dengan orang yang lebih lemah darinya, apalagi dengan orang asing dan kelompok minoritas. Dia mengakui HAM, tetapi HAM untuk dirinya sendiri, dan bukan untuk orang lain.

Pada dimensi politic, pihak tertentu pun berusaha mewujudkan politic yang mendukung dan melestarikan sikap egois, yang seringkali bersembunyi di balik slogan kebebasan. Pihak tertentu mendorong pemerintah dan manusia untuk mengubah berbagai aturan yang mengekang gerak modal di manusia atas dasar kebebasan, yang sebenarnya tidak ada

Semua sumber daya sudah pihak tertentu kuasai, dan pihak tertentu berniat untuk memperkaya dirinya terus menerus. Yang kemudian terjadi adalah kesenjangan sosial yang begitu besar antara si kaya dan si miskin. Si kaya mendapatkan segalnya sementara si miskin nyaris tak mendapatkan apa-apa.

Kontrol merupakan kerakusan para pengusaha kaya pun akhirnya hilang, tidak ada lagi aturan yang mengontrol hasrat pihak tertentu akan uang dan kuasa. Ketika si kaya dan si rakus berhasil masuk ke dimensi politic atas dasar kebebasan (sering slogan pasar bebas), pihak tertentu pun menghasilkan kebijakan yang justru menguntungkan diri pihak tertentu sendiri. Rasa solidaritas dan komunitas hilang, serta digantikan oleh politic egois.


4. Permasalahan Intoleransi terhadap Minoritas
Adalah Intoleransi yang kini menjalar di berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan di sekolah. Intoleransi dalam arti ini adalah hidup yang didorong oleh rasa takut pada yang berbeda, sehingga orang bisa melakukan kekerasan (baik fisik maupun simbolik) atas dasar ketakutan itu.

Bentuk nyatanya adalah rasisme, fanatisme, chauvinisme, fundamentalisme, terutama dalam bidang agama. Paradoksnya adalah, justru ketika semakin banyak orang menbisakan pendidikan, pada saat yang sama pulalah irasionalitas itu menyebar.

Atas dasar irasionalitas yang berakar pada ketakutan itu, orang lalu memaksa kelompok agama minoritas yang berhenti beribadah. Orang kemudian bersikap diskriminatif pada kelompok minoritas dan orang asing. Ketakutan atas yang berbeda itu membuat orang tak mampu berpikir jernih menyingkapi keasingan dan perbedaan.

Ketakutan yang kemudian menjadi keputusan hukum mempunyai dampak merusak yang amat besar pada kehidupan bersama. Untuk yang ini jangan di generalisir, karna tidak semua mayority berpikir sesempit itu.


5. Permasalahan Alumni yang Terikat Kontrak Merugikan

Adalah sepak terjang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lagi berjangkar pada moralitas. Sisi normalitas dihancurkan demi mengembangkan sumber daya manusianya. Kita dipaksa sebagai obyek yang bisa dimanipulasi untuk kepentingan tertentu. Ketika pihak sekolah tak lagi berpijak pada hati nurani, maka pihak tertentu justru akan menghancurkan hidup manusia.

Penegakan HAM perlu untuk memahami arti mendasar dari HAM itu sendiri, dan apa yang menghambat penegakannya. Dengan kata lain, pemahaman tentang HAM perlu untuk juga memahami, apa yang menjadi musuh-musuh dari HAM itu sendiri. Bentuk penahanan ijazah, kontrak pengabdian dan segala bentuk perjanjian yang merugikan itu salah satu pelanggaran ham terhadap siswa.

Di tengah dunia dengan semakin banyak konflik dan ketegangan antara kelompok yang berbeda, penegakan HAM menjadi sumber harapan bagi hadirnya perdamaian. Ia tetap menjadi pilar harapan manusia untuk hidup bebas dari rasa takut dan penderitaan.

HAM tidak akan terwujud dan teralisasi, tanpa usaha bersama dari berbagai bangsa dan kelompok manusia di dunia. Jarak antara harapan dan kenyataan terkait dengan penegakan HAM bisa dipersempit, jika kerja sama tersebut terwujud, dan dijalankan dengan komitmen serta rasa tanggung jawab yang kuat. Ide luhur berlimpah di dunia ini.

Baca juga : Pengertian Belajar, Pembelajaran, Perbedaan serta Contoh dan Tujuannya

Akan tetapi kita kekurangan otot dan kehendak politic untuk mewujudkan ide tersebut. Apakah kamu bersedia menyediakan otot politik semacam itu? Ini pertanyaan yang sekarang harus dijawab sekaligus dipecahkan bersama. Semoga saja kita bisa lebih bijaksana dalam menghadapi HAM.

Kata Penutup


Demikianlah pembahasan mengenai beberapa contoh pelanggaran ham yang sering terjadi di lingkungan sekolah kali ini. Semoga materi nya bermanfaat, dan kamu bisa memperdalam pengetahuanmu mengenai hak asasi manusia ini. Jangan lupa share tulisan ini di media sosial milikmu, dan berikan komentar  mu dibawah ini.
Reza Harahap
Reza Harahap Reza Harahap adalah owner kosngosan. Suka belajar bisnis, finansial, ekonomi, pendidikan dan pekerjaan. Sembari membagikan ide usaha untuk entrepreneur. Blog ini berisi rencana bisnis, strategi investasi, persiapan keuangan dan lainnya